Saturday, December 6, 2014

Indahnya Masa Sulit





Ia, bocah kecil di Kalimantan, sebut saja Irfan namanya. Yang pasca lulus SD, ia sempat tertunda sekolahnya satu tahun. Hal itu karena keadaan orang tua yang belum bersahabat untuk melanjutkan ke tingkat Sekolah menengah pertama (SMP). Namun mimpi untuk sekolah setinggi-tingginya tak pernah lepas dari ingatannya.


Setelah masa-masa SMP terlewati, kini saatnya masuk ke jenjang SMA. Ia merasa tidak tega jika harus meminta uang biaya sekolah dari orang tua. Mulai saat itu Irfan berfikir keras, baginya tak ada yang mustahil jika mau terus berikhtiar. Akhirnya dia mencoba bisnis kecil-kecilan; jual pulsa, jual bensin, bahkan pernah menjadi petugas kebersihan pada kantor pajak di kotanya. Dari hasil ikhtiarnya, alhamdulillah biaya sekolah dapat tertolong.

Bagi Irfan, bekal yang menguatkan waktu itu adalah TEKAD. “Apapun yang terjadi saya harus sekolah.” Pikirnya. Karena ia yakin ilmu dapat merubah nasib diri dan keluarganya. Jika tidak ada tekad yang menggebu mungkin ia
sudah tergoda untuk meninggalkan bangku sekolah sejak lama. Tidak terasa masa-masa SMA pun selesai. Disini ada masalah baru yang muncul; mau kuliah atau kerja? Dan untuk kali ini, ia makin pede untuk mengatakan “kuliah!”. Sebab ia selalu teringat pesan kakaknya, “rezeki itu sudah ada yang ngatur, pasti ada, selagi kita mau berusaha”. Inilah yang makin menguatkan semangat Irfan.

Lalu tak tanggung-tanggung, akhirnya ia berniat untuk kuliah di jawa, bukan di Kalimantan, daerah tempat tinggalnya. Padahal saat itu belum ada biaya untuk keberangkatan apalagi biaya selama perkuliahan. Tapi ia yakin saja, pasti ada jalan yang Allah sediakan. Setelah ia mendapat ijin dari orang tua, alhamdulillah jalan mulai terbuka. Orang tua mensupport sepenuhnya atas niat mulia anaknya.

Dengan semangat yang menggebu ia menuju Surabaya. Disana Irfan dipertemukan dengan orang-orang berilmu seperti para professor ahli tafsir al-Qur’an, ahli fiqih, ahli hadith dan sebagainya. Makin hari makin banyak kenalan dan teman yang mempermudah dirinya melakukan kehidupan sehari-hari. Ada yang menawari kerja, ada yang menawari tempat tinggal, ada juga yang menawari bisnis dan lain sebagainya, bahkan hingga ada yang menawari nikah. Nah.

Juga, di kota pahlawan tersebut ia bisa bertemu para penulis terkenal semisal, Salim A Fillah, Felix Siauw, Sinta Yudisia, Ahmad Rifai Rifan Dr. Adian Husaini, Ma’mun Affany, Gol A Gong dan lain-lain. Atau ia berjumpa dengan tokoh-tokoh nasional seperti Anis Matta, Ainun Najib dan lain-lain.

***

Saya teringat kata-kata Aa Gym, “Tidak ada masalah yang menjadi masalah. Yang jadi masalah itu saat kita salah menyikapi masalah”. Ya, dengan problem yang sama namun beda penyikapan, maka akan beda pula hasilnya. Sebagaimana Irfan, dengan penyikapan yang positif, masalah yang ia hadapi menjadikan ia semakin maju.

Inilah diantara ketepatan janji Allah bagi yang mau berusaha pasti ada jalan, rezekinya tidak disangka-sangka. Inilah rezeki orang mukmin yang telah terjanjikan.

“Dan Dia Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah Melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah Mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”(ath-Thalaq: 3)

Dengan usaha maksimal dan tawakkal yang tinggi kepada Allah, Jangan pernah menyerah atas segala terbatasnya kondisi.
“Maka sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan” (al-Insyirah: 5).

Inilah indahnya masa sulit; ia sebagai tangga menuju kemudahan. Kesulitan mengajarkan banyak hal; mulai dari kegigihan, kesabaran dan keyakinan. Jadi, apapapun yang terjadi, hadapi saja! Pertolongan Allah maha dekat. Maha dahsyat.

Wallahu a’alam.


*Mahasiswa Ma’had Aly Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

No comments: