Thursday, November 13, 2014

Manusia lebih hebat daripada malaikat

Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia Berfirman, “Sungguh, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah : 30)

Dari ayat diatas,  coba kita menekankan pada kata "sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu" kita mendapat informasi bahwa Allah menciptakan malaikat untuk memuji Allah dan mensucikan Allah. Tiap detik dan waktu malaikat hanya melakukan apa yang Allah perintahkan. Jika dia diciptakan sebagai malaikat yang selalu bertasbih memuji Allah, maka begitulah seterusnya hingga kiamat. Karena malaikat tidak di beri nafsu oleh Allah, maka tak pernah ada cerita malaikat membantah perintah Allah, sedikitpun.

Sedangkan manusia, selain di beri akal juga di beri nafsu. Makanya dalam konteks ayat diatas malaikat heran; kenapa kok Allah menjadikan manusia sebagai khalifah (Ket: Pemimpin, pengatur, pengganti) di bumi? Padahal menurut malaikat manusia itu haus darah dan suka kerusakan.
Tetapi Allah menjawab dengan lembut; “…Sungguh, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah : 30).

Sebenarnya ada apa dengan manusia? sehingga Allah memepercayakan pengelolaan bumi kepada manusia, bukan kepada malaikat yang sudah terbukti nurut?

Menurut Syaikh al-Maraghi, ilmu lebih diutamakan daripada ritual ibadah sebagai syarat utama membangun peradaban. Dengan ungkapan lain, kesalehan spiritual bukanlah modal satu-satunya untuk membangun peradaban. Bagaimana kita memahami konsep ini? Sebagaimana yang kita ketahui, Allah lebih memilih manusia daripada malaikat yang ahli ibadah. Itu karena manusia diberi ilmu oleh Allah. Jadi, ilmu yang diberikan kepada manusia adalah keistimewaan paling agung yang menobatkan dirinya sebagai khalifah. Hal ini cukup menegaskan bahwa untuk memakmurkan bumi (membangun peradaban), manusia harus pintar (berilmu).

Juga sebagaimana yang kita pahami, bahwa manusia di bekali dengan akal dan nafsu. Disinilah keistimewaan manusia tertantang. Disisi lain ia bisa menjadi lebih buruk daripada binatang jika nafsu menguasai akalnya. Namun disisi lain ia sangat berpeluang menjadi manusia mulia dan hebat jika nafsunya di kendalikan oleh akal. Sehingga ia bisa mengatur nafsunya menjadi hal-hal positif yang mengantarkan kepada ilmu. karena nafsulah manusia menjadi bersemangat serta berambisi mendapatkan ilmu yang tinggi. Inilah nafsu positif yang di kuasai akal.

Disini, manusia bisa menjadi layaknya malaikat; yakni taat kepada Allah setaat-taatnya hingga ia tak mau melanggar aturan Allah sekecil apapun. Maka saat itulah manusia menjadi lebih hebat dari malaikatdi karenakan ada ikhtiar yang kuat dalam menjalani ketaatan kepada Allah. Meskipun nafsu dan godaan-godaan senantiasa mengincarnya agar ia tidak taat kepada Allah, bahkan manusia sangat berpeluang menjadi pembangkang seperti iblis, namun ia sanggup bertahan menjadi manusia yang taat kepada Allah. Sungguh ini tak mudah. Disinilah harga perjuangan terasa sangat mahal.

Beda cerita dengan taatnya malaikat, sebab malaikat tidak di bekali dengan nafsu sedikitpun, sehingga ia selalu taat. Tak pernah ia merasa ada godaan. Jadi bagi malaikat tak ada tantangan sedangkan manusia memiliki beragam rintangan dan dorongan nafsu. Oleh karena itu, jika manusia sanggup menaati Allah dengan setaat-taatnya, maka ia lebih hebat daripada malaikat.


No comments: