Beberapa hari yang lalu saya pengen ke warnet. Dan akhirnya
keturutan.
Sesampainya di warnet, langsung saya menuju salah satu
computer yang belum berpenghuni.
“Alhamdulillah” ucap saya lirih, lirih banget. Tapi insyaAllah
malaikat masih dengar dengan jelas.
Setelah tombol ON pada CPU saya tekan, ada nyala cahaya di
dekat tombol tersebut, kemudian diikuti
sebilas cahaya pada layar monitor. Lalu perlahan sempurnalah cahaya itu
membentuk gambar dan tulisan. Diantara tulisan tersebut ada Member, personal,
dan paket.
“Personal” yang
rencananya saya klik.
Saya pegang mouse, saya arahkan kursor ke arah yang ingin
saya pilih.
Kursornya tetap diam.
Kucoba lagi, dan kursor itu tetap tidak mau berpindah
tempat.
Kucoba lagi. Alhamduliallah mulai bisa, walau agak lambat
dan tak beraturan. Tentu ini membuat saya kesusahan untuk menge-klik apa yang
saya inginkan. Kursornya liar sih.
“Mas, kok gak bisa ya ini” sapa saya kepada operator yang
sedang duduk santai di kiri saya, sekita kurang lebih dua meter dari saya.
Tak ada jawaban. Hening.
“Mas, kursornya gak bisa ya?” saya ulangi dengan suara yang
sedikit agak keras daripada yang pertama. Harapan saya semoga si mas dengar.
Dengan hanya sedikit menoleh, si mas penjaga warnet itu
bilang, “Ya pindah aja to mas, gitu aja kok repot” dengan nada agak ketus dan
ekspresi yang bikin saya gak bahagia.
Deg. Kaget juga saya. Sebab biasanya penjaga itu memberi
solusi, minimal mendatangi dan melihat apa masalahnya. Lalu memberi alternatif
solusi. Bukan menunjukkan solusi kilat
dengan cara yang kurang sopan seperti yang saya terima dari si mas itu.
Ah ya sudahlah, saya biarkan. Saya lebih baik jaga hati
saja. Buat apa dipikirin. Kalo dipikir bisa-bisa njarem nih hati.
Akhirnya saya pindah ke lain hati, eh maksud saya
computer lain.
Di computer yang kedua Alhamdulillah kursor sehat wal’afiat.
Tapi, ada ke-erorran di bagian lainnya; internetnya gak bisa
di akses. Saya coba berulang-ulang tetep gak bisa. Padahal jatah waktu saya berdiam
diwarnet semakin menipis mengingat waktu asahar segera menghampiri. Tapi hasil
belum ada.
Saya lirik ke computer lain, masih buanyak yang kosong. Hati
kecil saya mngatakan. “pindah computer lain saja, atau hubungi penjaga warnet
gitu, biar di otak-atik supaya bisa diakses”.
Namun hati besar saya bilang, “Kabur aja daaah, cari yang
lain. Kan warnet gak disini doang”
Sayapun nurut ama kata hati besar. Kutinggalkan tempat itu.
Selamat tinggal sang “mantan”. Terimakasih ya.
Good Bye.
***
Apa hikmah dan pelajaran yang bisa diambil..?
1.
Berbisnis itu soal
pelayanan. Apalagi bisnis yang bergerak dalam bidang jasa. Pelayanan gak
berkualitas akan ditinggalin.
2.
Dalam dakwah juga gitu,
perlakuan kita kepada orang lain adalah salah satu yang menyebabkan dia
tertarik atau tidak terhadap apa ayng kita sampaikan. Bahkan ada orang yang
hanya melihat siapa yang bicara, bagaimana cara menyampaikannya? Jika dalam hal
ini ia kecewa, bisa lari tuh orang. Alhasil, pesan-pesan baik kita kurang ngena
di hati mereka. Parahnya lagi, untuk waktu-waktu selanjutnya dia udah gak minat lagi bertemu kita. Sayang kan, peluang dakwah ilang.
3.
Dimanapun, sikap terbaik
tetaplah terbaik. Orang akan mencari itu. siapa sih yang mau dikecewain?
#SaatnyaKemilau
1 comment:
Sederhana tapi mengena bang :D
Post a Comment