Sunday, February 1, 2015

Good Bye Sang Mantan

Beberapa hari yang lalu saya pengen ke warnet. Dan akhirnya keturutan.

Sesampainya di warnet, langsung saya menuju salah satu computer yang belum berpenghuni.

“Alhamdulillah” ucap saya lirih, lirih banget. Tapi insyaAllah malaikat masih dengar dengan jelas.

Setelah tombol ON pada CPU saya tekan, ada nyala cahaya di dekat tombol tersebut,  kemudian diikuti sebilas cahaya pada layar monitor. Lalu perlahan sempurnalah cahaya itu membentuk gambar dan tulisan. Diantara tulisan tersebut ada Member, personal, dan paket.

“Personal”  yang rencananya saya klik.

Saya pegang mouse, saya arahkan kursor ke arah yang ingin saya pilih.
Kursornya tetap diam.

Kucoba lagi, dan kursor itu tetap tidak mau berpindah tempat.

Kucoba lagi. Alhamduliallah mulai bisa, walau agak lambat dan tak beraturan. Tentu ini membuat saya kesusahan untuk menge-klik apa yang saya inginkan. Kursornya liar sih.

“Mas, kok gak bisa ya ini” sapa saya kepada operator yang sedang duduk santai di kiri saya, sekita kurang lebih dua meter dari saya.

Tak ada jawaban. Hening.

“Mas, kursornya gak bisa ya?” saya ulangi dengan suara yang sedikit agak keras daripada yang pertama. Harapan saya semoga si mas dengar.

Dengan hanya sedikit menoleh, si mas penjaga warnet itu bilang, “Ya pindah aja to mas, gitu aja kok repot” dengan nada agak ketus dan ekspresi yang bikin saya gak bahagia.

Deg. Kaget juga saya. Sebab biasanya penjaga itu memberi solusi, minimal mendatangi dan melihat apa masalahnya. Lalu memberi alternatif solusi.  Bukan menunjukkan solusi kilat dengan cara yang kurang sopan seperti yang saya terima dari si mas itu.

Ah ya sudahlah, saya biarkan. Saya lebih baik jaga hati saja. Buat apa dipikirin. Kalo dipikir bisa-bisa njarem nih hati.
Akhirnya saya pindah ke lain hati, eh maksud saya computer lain.

Di computer yang kedua Alhamdulillah kursor sehat wal’afiat.

Tapi, ada ke-erorran di bagian lainnya; internetnya gak bisa di akses. Saya coba berulang-ulang tetep gak bisa. Padahal jatah waktu saya berdiam diwarnet semakin menipis mengingat waktu asahar segera menghampiri. Tapi hasil belum ada.

Saya lirik ke computer lain, masih buanyak yang kosong. Hati kecil saya mngatakan. “pindah computer lain saja, atau hubungi penjaga warnet gitu, biar di otak-atik supaya bisa diakses”.

Namun hati besar saya bilang, “Kabur aja daaah, cari yang lain. Kan warnet gak disini doang”
Sayapun nurut ama kata hati besar. Kutinggalkan tempat itu.

Selamat tinggal sang “mantan”. Terimakasih ya.

Good Bye.



***



Apa hikmah dan pelajaran yang bisa diambil..?

1.       Berbisnis itu soal pelayanan. Apalagi bisnis yang bergerak dalam bidang jasa. Pelayanan gak berkualitas akan ditinggalin.

2.       Dalam dakwah juga gitu, perlakuan kita kepada orang lain adalah salah satu yang menyebabkan dia tertarik atau tidak terhadap apa ayng kita sampaikan. Bahkan ada orang yang hanya melihat siapa yang bicara, bagaimana cara menyampaikannya? Jika dalam hal ini ia kecewa, bisa lari tuh orang. Alhasil, pesan-pesan baik kita kurang ngena di hati mereka. Parahnya lagi, untuk waktu-waktu selanjutnya dia udah gak minat lagi bertemu kita. Sayang kan, peluang dakwah ilang.

3.       Dimanapun, sikap terbaik tetaplah terbaik. Orang akan mencari itu. siapa sih yang mau dikecewain?



#SaatnyaKemilau

1 comment:

Daman Huri said...

Sederhana tapi mengena bang :D