Tuesday, January 27, 2015

Memaksimalkan Waktu


Oleh : Ahmad Zailani*

Saya teringat sesuatu, sekitar tujuh tahun yang lalu ketika saya tinggal  di pondok pesantren bersama kakak di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Saat itu pengasuh pondok mengajar beberapa mata pelajaran. Salah satunya ialah tentang kata-kata bijak. “al-Mahfudzot”, begitu ustadz yang pernah menempuh pendidikan di al-Azhar University itu  menamai mata pelajaran tersebut.

Setiap minggu beliau ini memberi satu kata-kata bijak, ya satu saja. Baik kutipan ucapan para shahabat, para ulama’, kata-kata penyair ataupun dari perkataan ahli hikmah.  Kemudian beliau jelaskan dengan santai supaya kami paham atas maksud mahfudzat yang beliau sampaikan tersebut. Sebab terkadang ketika disampaikan kami tidak langsung memahami maksudnya. Karena memang memahami kata-kata bijak itu perlu perenungan dan penjelasan, tapi ketika sudah memahami akan tau betapa dalam maknanya. 
Ah, saya jadi merindukan beliau, betapa tulusnya dalam menyampaikan ilmu. Tentu ketulusannya amat berpengaruh bagi kepribadian saya dan saya kira itu juga yang dirasakan oleh teman-teman saya.
Ada salah satu mahfudzot yang disampaikan Ustadz alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor ini saat itu, yang menurut saya ini sangat penting untuk kita ketahui dan amalkan bersama. 
الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ  “
“Waktu bagai pedang, jika kamu tidak memotongnya, dialah yang akan memotongmu”
Singkat memang, namun padat, berat dan penuh isi. Penuh gizi.
Betapa tidak? ini menyangkut semua manusia. Dan benar, jika aku dan kamu atau siapapun, bahkan seorang Presiden sekalipun, seandainya tidak mau memotong waktu untuk dimanfaatkan, maka waktulah yang akan memotong kesempatan kita. Waktu akan terus berjalan. Dia akan memotong kesempatan kita,  mengikisnya, sedikit demi sedikit hingga kelak sampai kesempatan hidup kita habis. Jika hal ini tidak kita perhatikan, bahwa waktu akan senatiasa memotong kesempatan kita, maka akan banyak peluang amal shalih kita yang hilang begitu saja. Salah satu indikatornya karena kegemaran kita dalam menunda kebaikan disebabkan merasa punya waktu.
Menurut Dr.Yusuf al-Qordhawi dalam bukunya Waktu Dalam Kehidupan Muslim, diantara karakteristik waktu ialah mudah berlalu dan takkan kembali. Maka atas waktu yang sudah terpotong, ia akan hilang dan tidak akan pernah bisa kita ulang,  biarkan itu semua menjadi catatan sejarah masa lalu yang tidak akan pernah kembali. 

Yang lebih penting, saat ini mari  kita pastikan bahwa setiap penggalan waktu yang sedang kita jalani dan akan kita lalui kedepan adalah untuk berlomba dalam baiknya amal. Berlomba dalam banyaknya kontribusi. Berlomba dalam indahnya akhlak. Dalam al-Qur’an itulah yang di sebut sebagai fastabiqul khairat.
Kawan, sebelum kita benar-benar kehabisan waktu, mari kita cukupkan sampai disini saja segala sesal atas waktu-waktu yang dulu masih tersia-siakan. Diberi peluang tapi diabaikan. Diberi umur panjang tapi tidak segera mengambil peran dalam kebaikan. Diberi nikmat sehat tapi tidak bermanfaat, bahkan hustru kita manfaatkan untuk bermaksiat. Na’udzubillah
Ah, sudah sudah. Jangan kita perpanjang lagi semua yang demikian itu. takut, jika ternyata kita belum sempat memperbaiki semuanya namun ternayat jadwal pulang kepada Allah telah tiba. Sebab aku dan kamu tak menginginkan penyesalan sebagaimana penyesalan Fir’aun, diaman ia menyesal saat nyawa ditenggorokan. Maka ketika itulah tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Tidak, kita tidak ingin seperti itu kan?
Mumpung sekarang masih ada waktu dan umur, berarti ada kesempatan baik untuk menjadi lebih baik. Mari segera lakukan kebaikan apapun yang bisa kita lakukan. Mungkin kita bisa memulainya dari yang kecil-kecil duku, yang mudah kita laukan sehingga kita tidak merasa terbebani. Bisa dimulai dari mengucap istighfar untuk membersihkan kotaran-kotoran hati.  Berdzikir dan memuji Allah untuk mewangikan diri dihadapan-Nya. Lalu perlahan melakukan amal shalih yang bermanfaat lainnya. Perhatian pada, adik, kakak dan keluarga terutama orang tua. Kemudian kita mencoba membantu teman dekat, kenalan, atau siapapun yang kita jumpai. insyaAllah semakin lama kita akan terbiasa berbuat baik untuk banyak orang. Semakin hari semakin banyak, terus dan terus. Hingga kita takkan pernah puas dengan berapapun kebaikan yang kita tunaikan. Sebab kita benar-benar ingin memaksimalkan waktu  yang Allah berikan, hingga tak ada sedikitpun waktu yang kelak dihisab kecuali kita telah menyiapkan jawab, “Saya sudah berusaha memanfaatkan untuk kebaikan di jalan-Mu, ya Rabb”
Wallahu a’lam bishshowab.



*Anggota Manajemen Penulis Indonesia
*Mahasiswa Ma’had ‘Aly Masjid Nasional al-Akbar Surabaya

No comments: