Friday, October 31, 2014

Pesan Syurgawi

Hari ini, seperti minggu lalu. Aku hanya setor satu halaman. Ya, satu halaman. Tentu ini jauh dari kriteria standard manapun, mengingat nama besar di belakangku adalah “pesantren tinggi” atau yang biasa kami sebut “Mahad Aly”. Untuk seusiaku, sejenjangku, satu halaman itu seharusnya satu hari, bukan satu minggu. Ini standard rata-rata penghafal. Gak cepet juga gak ngebut. Sebab ada yang sehari bisa 2 halaman, bahkan lebih dari itu.

Jadi hari ini, aku benar-benar merasa bersalah. Malu pada diriku sendiri. Benarkah seorang Ahmad dalam mata kuliah tahfidh hanya setor satu halaman satu minggu?
Tapi inilah kenyataan pahit yang aku ciptakan. Minggu lalu pun aku merasakan hal yang tak jauh berbeda; menyesal.

Namun sayang, penyesalanku itu tak berumur panjang. Sepertinya ikut hilang saat aku keluar dari ruangan kelas. Entah apa penyebabnya. Maksiat? Bisa jadi. Sebab ini halangan terbesar bagi para pencari ilmu. ilmu adalah cahaya, mana mungkin ia bersatu dengan kotoran. Ini cukup membuktikan padaku hingga menjadi susah menghafal. Sebenarnya gak susah-susah amat, tapi kemauannya untuk menghafal itu lho, tak seperti dulu lagi. Intinya ada yang gak beres dalam hal ini. Ya, bisa jadi kebanyakan maksiat, walaupun ada alasan lain semisal kesibukan, tapi ini alasan yang jauh lebih sederhana.


Wajah ustadzku, dia sama sekali tidak kecewa dengan kenyataan ini. Apalagi sampai memarahiku, sama sekali tidak. Mungkin beliau masih mengapresiasi kehadiranku dihadapannya, sebab biasanya yang tak bisa menghafal sesuai target bisa gak masuk kuliah dan lain-lain. Disamping itu Beliau adalah ustadz yang always keep calm n keep smile, anywhere anytime. Mungkin ini yang membuat beliau tersenyum tulus kepadaku.

Tapi aku, paham banget dengan senyuman beliau, Nampak kalo beliau menyayangkan hal ini. Merasa sayang jika aku hanya seperti ini terus, mungkin beliau tau bahwa tak seharusnya saya seperti ini. Sebab (mungkin) menurutnya saya bisa melakukan jauh lebih dari ini. Dan jika beliau “tega” mengatakan sesuatu padaku, sepertinya ini yang akan diucapkannya, “Kamu hebat, tapi kamu bisa lebih hebat dari ini. Kamu bisa jika kamu mau. Dan kehebatanmu itu untukmu, bukan untukku. Yakinlah, kamu bisa!”.

Atau, “kamu bisa lebih hebat dari ini. Katakan padaku, kamu akan melakukan peningkatan sesuai mampumu. Berjanjilah pada dirimu sendiri, sehingga kau tak merasa terbebani tekanan keadaan.”

Maka, tanpa kau ucapkan secara lisan, tapi hatiku cukup merasakan. Terimakasih ustadz. Aku akan berusaha lebih baik dari hari ini. Doakan selalu. Tulusmu kan ku kenang hingga akhir waktu.

Terimakasih atas “pesan” lembutmu, ijinkan ku sebut pesan suci dari senyummu ini sebagai pesan syurgawi. Yang tak kau ucap, tapi hatimu mampu menyampaikan hingga hatiku merasakan “pesan" itu.


#Kampus tercintaku, Mahad Aly al-Akbar 31 Oktober 2014

No comments: