Saturday, June 28, 2014

Puasa atau tidak sama saja, adakah yang bermasalah?

Orang berpuasa sejatinya sedang diproses agar menjadi orang yang bertakwa. Namun ada juga yang tidak ada perubahan antara sebelum dan sesudah berpuasa. Padahal ia setiap tahun mengikuti madrasah agung ini, ia tertib berpuasa. Namun hasilnya nihil, puasanya tidak membekas. Tidak ngefek. 

Dulu suka berlainan antara hati dan lisan, sekarang juga begitu. Masih saja ia jalani hidup dengan kemunafikan; yang ia ucap tak selaras dengan isi hatinya. Dulu sering mengabaikan amanah, sekarang masih saja sering seperti itu. Dulu gemar memakan mayat saudaranya (ghibah; membicarakan aib orang lain. Gossip bro.), sekarangpun terus berlanjut. Astaghfirullah… 

Mengapa bisa demikian? padahal ia telah melaksanakan kewajiban berpuasa, yang mana puasa ini mencetak orang-orang yang bertakwa. Puasa itu menjadikan ia makin dekat dengan Allah. Seharusnya ada perubahan dari waktu ke waktu yang telah dia lalui bersama puasanya. Tapi masih saja tak ada perubahan dalam dirinya. Sekali lagi, mengapa hal ini bisa terjadi? 


Sebelumnya, mari kita simak terjemahan ayat 183 dari surah al-Baqoroh in; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Dalam ayat ini ada sebuah sistem, yaitu input (orang-orang yang beriman), procces (berpuasa), dan output (orang-orang yang bertakwa). Jika sistem ini berjalan dengan baik, maka akan menghasilkan hasil yang diharapkan yakni tattaquun, orang-orang yang bertakwa. Namun saat hasil dari proses puasa tidak sesuai harapan, maka tentu ada yang bermasalah. Ada problem didalamnya. 


Hasil yang tidak sesuai harapan ini disebut error output (hasil yang rusak). Hal ini menurut Ustadz Salim A. Fillah penyebabnya ada tiga faktor;
1) Karena error input; ada kesalahan pada saat peng-input-an bahan dasar. Bisa jadi karena imannya masih lemah, atau jangan-jangan tak ada iman. Sehingga meskipun ia berpuasa tidak akan menjadikannya bertakwa. Keadaan seperti ini bisa diatasi dengan menguatkan ruh keimanan, mempelajari ilmu-ilmu keimanan sehingga iman benar-benar merasuk kedalam jiwa. 

 
2) Karena error procces; ada kesalahan saat berproses (puasa) yang disebabkan kurangnya ilmu tentang puasa. Bisa jadi ia sudah beriman lalu berpuasa, namun masih melakukan sesuatu yang membatalkan puasa tersebut atau melakukan amal penyebab hilangnya pahala puasa, sehingga ia tidak mendapat esensi dari puasa itu sendiri. Hal ini bisa diatasi dengan mennggiatkan diri menambah ilmu-ilmu tentang puasa. Sehingga puasanya aman, lalu menghasilkan takwa yang didambakan.

 
3) Karena kedua hal tersebut; error input dan error procces. Ini yang paling parah, sudah bermasalah dalam keimannya ditambah kurangnya (atau rusaknya) ilmu dalam menjalankan puasa, klop! Maka seperti ini mustahil menghasilkan ketakwaan, menghasilkan hasil yang diharapkan. Langkah terbaik mengatasi masalah seperti ini dengan memaksimalkan kedua solusi diatas; membaguskan iman dan menambah ilmu tentang puasa.


Jika input sudah benar, lalu diproses dengan cara yang sesuai prosedur, maka insyaAllah akan menghasilkan output yang diharapkan. Dengan kekokohan iman yang benar, dengan puasa yang tepat sesuai tuntunan Rasulullah, diharapkan akan menghasilkan apa yang dicitakan; Tattaquun, pribadi yang dekat dengan Allah. Pribadi yang selalu merasa diawasi oleh Allah. Kemudiann hal itu menjadikannya pribadi yang istiqomah menjalankan perintah Allah. Takut bahkan sama sekali tidak berani melanggar yang Allah larang ataupun yang tak disukai-Nya. inilah yang diharapkan dari madrasah agung puasa.
Wallahu a’alam.

al-Fatih Library, Surabaya, 1 Ramadhan 1435  H.
#Semangat beramadhan, kawan.

No comments: