Sunday, June 29, 2014

Peluang Panen di Bulan Ramadhan

“Bulan ramadhan telah tiba”, kata Ustadz H. Achmad Wahid pagi ini(29 Juni 2014) dalam kultumnya. “Bulan inilah saatnya panen. Panen apa? Panen pahala.” lanjutnya.

Beliau menjelaskan bahwa di saat ini seharusnya kita memanfaatkan momen panen ini dengan sebaik mungkin. Sebab di bulan ini pahala amal dilipatgandakan. Oleh karena itu, inilah waktu terbaik memanen pahala. Bukan semata pahala yang kita orientasikan, namun bagaimana kita semakin dekat dengan Allahlah yang menjadi acuan, atau yang kita sering katakan dengan sebutan takwa. Seseorang yang semakin takwa tentu semakin dekat dengan Allah, dan tentu makin banyak pahala yang ia dapatkan dari Allah SWT. 

Jika bulan ramadhan adalah peluang untuk memanen hasil panen sebanyak-banyaknya, maka siapakah yang berhak memanen? untuk menjawabnya, mari kita simak ayat berikut;
                 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ayat ini menjelaskan secara jelas bahwa hasil “panennya” adalah orang-orang yang bertakwa (tattaquun), dan bisa kita lihat dengan jelas bahwa yang diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi orang yang bertakwa adalah orang-orang yang beriman; yaa ayyuhalladziina aamanuu. Jadi yang berhak memanen amal pahala berlipat adalah orang yang beriman. Siapa yang beriman ia berhak atas peluang ini.

Untuk memahami lebih mudah, mari kita lihat ayat ini sebagai sebuah sistem; yakni ada bahan dasar (input), ada proses, lalu ada hasil (output).  Untuk pembuatan nasi putih yang biasa kita makan, kita tidak bisa menggunakan bahan dasar kacang hijau. Dengan bahan yang tidak sesuai standard, maka tidak akan menghasilkan hasil yang diharapkan. Begitupun dengan ayat ini, merupakan suatu sistem yang di dalamnya adakriteria bahan dasar berupa orang yang beriman, diproses dengan berpuasa lalu menghasilkan ketakwaan.
Oleh karena itu, mari kita manfaatkan momen ini untuk mendekat kepada Allah sedekat-dekatnya, karena Allah tak pernah enggan kita dekati, hanya saja terkadaang (bahkan sering) kitalah yang menjauh. Saat ini, sekarang juga kita maksimalkan kesempatan untuk memperbaiki ibadah-ibadah kita.

Shalat malam / qiyamu ramadhan di kuatkan, karena ketenangan akan menyertai orang-orang yang gemar mendirikan shalat malam. Lihatlah Rasulullah, para shahabat, mereka adalah ahli ibadah yang mengisi malamnya dengan banyak shalat. Sehingga semakin kuat rasa kedekatan dirinya dengan Allah. Memperpanjang sujud, sebab sebaik-baik ibadah adalah sujud. Karena disaat itulah momen terdekat seorang hamba kepada Rabbnya. Saat hamba benar-benar merendah dihadapanNya dengan posisi terndah. Dan memang dihadapan sang pencipta, kita tak pantas merasa tinggi apalagi membusungkan dada. Tak pantas sama sekali.

Tilawah (baca Qur’an)nya  ditingkatkan, karena ini adalah salah satu obat mujarab penghilang segala gundah gulananya hidup. Dengan interaksi yang intens dengan al-Qur’an, insyaAllah ruh dan jiwa kita semakin gagah berani. Menjalani hidup dengan keyakinan yang kuat, segala keraguan dan ketakutan sirna. Disamping itu, karena al-Qur’an adalah mukjizat, tak heran jika orang yang selalu dekat dengan al-Qur’an hidupnya bahagia. Pribadi atau keluarga yang dihiasi dengan cahaya al-Qur’an selalu mendapat pertolongan Allah. Orang yang menolong agama Allah pasti akan di tolong oleh Allah. Dan para ahli Qur’an adalah salah satu yang Allah pilih sebagai penolong agama allah, maka ia berhak mendapat pertolongan Allah. Selalu. Memang berkontribusi menjaga al-Qur’an tidak cukup dengan membacanya saja, namun hal ini sudah menjadi langkah awal menyelami makna yang terkandung di dalamnya.

Kemudian sedekah di lancarkan. Jika datang bulan Ramadhan, Rasulullah memperbanyak sedekahnya, hingga dalam suatu riwayat disebutkan sedekah beliau bagai semilir angin. Ringan sekali. Apa yang Rasul miliki, beliau sangat ringan dan cepat untuk menyedekahkan. Sehingga siapa yang membutuhkan, lalu datang kepada Rasulullah, pasti Rasulu beri jika. Sebab harta atau apa saja yang kita sedekahkan hakikatnya iyulah yang menjadi milik kita. sebab kelak semua itu akan dibalas oleh Allah dengan berlipat ganda. Sedangkan harta yang tertahan di tangan itu semua belum menjadi milik kita, yang kelak semua yang kita genggam akan dipertanggungjawabkan. Darimana harta itu kita peroleh? Jika dari proses yang sesuai ajaran Islam maka selamat, itu harta yang halal. Namun tidak smapai disitu pertanyaan berikutnya siap di luncurkan, untuk apa kau pergunakan? Maka jika harta itu telah dimanfaatkan untuk kebaikan, semisal sedekah atau pemanfaatan lain yang bermanfaat, selamat. Anda aman. Tapi jika harta itu masih tertahan, belum kita salurkan kepada yang lebih berhak, apakah kita bisa mengelak lalu berbohong dengna sejuta alasan? Makanya, mumpung masih ada kesempatan, marilah kita tuntaskan amanah kita; menyalurkan harta titpan Allah kepada yang membutuhkan. Jangan khawatir, harta yang telah keluar dari tangna kita untuk disalurkan bukan berarti hilang, tidak. Bahkan justru akan bertambah, berlimpah. Bukan hanya di akhirat nanti, tapi juga di dunia. Yakni dengan segala keindahan cara Allah memudahkan terbukanya pintu-pintu rezeki untuk kita. ini janji Allah, jtak perlu dikhawatirkan. Bersiaplah dengan kejutan dari-Nya; rezeki yang tidak disangka-sangka. 

Dan memperbanyak ibadah-ibadah lainnya mumpung romadhon. Maka saat inilah peluang mendekat dengan sedekat-dekatnya. Dengan kedekatan yang semakin mantap, maka disetiap gerak langkah kita selalu terbimbing oleh-Nya. Dengan begitu kita sealu teriringi rasa kebersamaan dengan-Nya. Maka tak ada lagi rasa takut kepada siapapun selain-Nya. Tak perlu lagi bergantung kepada apapun selain Dia. Hanya dia yang kita harapkan. Hanya Dia yang kita patuhi. Dengan demikian, insyaAllah langkah hidup kita semakin jauh dari kemaksiatan, jauh dari kemungkaran, sebab merasa selalu dekat dengan Allah dan merasa selalu diawasi oleh-Nya. Sehingga jalan hidupnya mengikuti bimbingan Allah. Inilah hasil dari panen yang sebenarnya; Tattaquun, orang-orang  yang bertakwa.
Wallahu a’alam.

al-Fatih Library, Surabaya, 1 Ramadhan 1435  H.
#Semangat beramadhan, kawan.

No comments: