Friday, November 1, 2013

Sabar adalah bukti cinta




Sabar itu tanpa batas. Yang terbatas hanyalah kesadaran kita untuk sabar. Sepenuh cinta sabar itu tanpa batas.  Salah satu bukti cinta menurut Ibnu Qoyyim al-Jauziah adalah menyukai kesukaan yang dicintai. Jadi semakin tinggi kesabaran kita, semakin tinggi pula bukti bahwa kita cinta kepada Allah. Sebab sabar adalah yang disenangi Allah. Jangan terbesit sedikitpun untuk berprasangka buruk kepada Allah atas ragamnya masalah yang ada. Always positif thinking itu harus. Allah tidak mungkin mendzolimi makhlukNya. Didalam kesulitan ada kemudahan. Nah.
Jika kita sudah merasakan sulit, berarti kita tinggal menunggu datangnya kemudahan. Enak kan? Dan itu pasti datang. Pasti.
Setiap orang berbeda-beda ujiannya. Ada yang diuji melalui mertua yang kurang menyukainya. Ada yang di uji Allah melalui istri/suami (ini bagi yang udah punya, bagi yang belum.. hmm, kapan punyanya? haha). Juga ada yang di uji Allah ketika sebelum nikah, nyari jodoh susah banget. Pas udah ada eh gak jadi. Malah ditinggal pergi tak kembali. Nah ini juga cobaan atas kesabaran.  Kita harus pahami ini. Sehingga kita tidak salah menyikapi.
Segala sesuatu berasal dari Allah, tentu Allah pulalah yang mengirimkan obatnya. Maka saat ujian itu datang, segera ingat Allah. Dengan penuh cinta Allah telah memberi aba-aba kepada manusia tentang adanya cobaan yang beragam; ketakutan, kekurangan harta,jiwa, dan sebagainya. Jadi sebagai orang mukmin tidak perlu kaget.
Begini aba-aba itu :
“Dan Kami pasti akan Menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (al-Baqoroh : 155)
Dengan demikan yang perlu kita lakukan bukanlah bergalau ria saat ujian itu datang, namun bagaimana menyikapi sebaik mungkin, secara benar.  “masalah itu bukan masalah” begitu Aa Gym menyampaikan saat mengisi kajian di Kalimantan beberapa tahun yang lalu, “. Setiap hari dan setiap waktu pasti ada masalah. Jadi masalah itu tidak jadi masalah, yang jadi masalah adalah saat kita salah dalam menyikapi masalah”. Setuju!
Dua Orang mulia baru saja masuk kedalam sebuah gua. Inilah tempat sembunyi mereka saat orang-orang kafir mengejar unutk membunuhnya. Benar-benar terhimpit. Terjepit. Mau kemanakah mereka berdua akan melarikan diri? Sedang nyawa taruhannya. Di luar gua telah berbaris para pasukan pemanah yang siap melesakkan anak panahnya. Waktu itu tak ada tempat lagi untuk bersembunyi. Inilah tempat terakhir.
Dalam kondisi membahayakan seperti ini, keduanya berbeda sikap dalam menghaadapi keadaan. Seorang diantara mereka ketakutan, penuh cemas dan seluruh badannya bergerak-gerak sendiri. Gemetar. sekujur tubuhnya basah penuh keringat. Sedangkan orang yang satunya lagi tetap tenang, tak terlihat kekhawatiran sedikitpin dari wajah segarnya. “La tahzan, Innallaha ma’ana” begitu si “tenang” menenangkan sahabatnya yang sedang kalut dalam takutnya keadaan.
Jelas sekali, beda sikap atas masalah yang sama akan menghasilkan kondisi hati yang berbeda pula. Itulah yang dialami dua orang mulia: Nabi SAW dan Abu Bakar, shahabat setianya.
Nah bagaimana seharusnya kita bersikap agar saat ada masalah, hati ini tetap adem nan ayem (dingin dan tentram)?
Sebesar apapun ujian yang datan, tidak mungkin diluar batas kemampuan kita.
“…Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”. (ath-Thola>q : 7)
Mario Teguh pernah mengatakan, “Karena ujian tak mungkin melebihi kemampuan, berarti kita bisa mengatakan bahwa kita lebih kuat dari masalah”.
Lantas, apa yang kita risaukan atas masalah yang hadir? nyantai saja, kita kan  sudah pasti lebih kuat dari masalah. Jika ada orang yang seolah gak kuat menerima kenyataan bisa jadi ia memang gak yakin dengan janji Allah. Padahal Allah sudah janji, “…Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang Diberikan Allah kepadanya.”. (ath-Thola>q : 7).
Dengan janji Allah kurang yakin? Wah sedang sakit ini imannya. Janji manusia saja bisa kita percayai, padahal apa iya dia “pasti” bisa menunaikan? Belum tentu. Nah, saat Allah yang janji, apa juga masih belum tentu?
 Dalam hal ini Allah sedang menyapa kita, masihkah iman ada di hati kita? jangan sekali-kali meninggalkan Allah. Jangan sampai terlupa mengingat Allah. Bagaiman mau bahagia, jika Allah –sumber kebahagiaan- justru ditinggalkan? Orang seperti ini tidak mungkin bahagia. Sudahlah, kapanpun jangan terpengaruh dengan iming-iming Syetan untuk lari dari Allah. Mau kemana lagi jika kita meninggalkan Allah. Apa masih yakin ada pertolongan yang lebih baik selain pertolonganNya?
Syetan itu musuh kita, dari dulu sampai sekarang, besok, lusa, dan selamanya!
“Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu”. (az-Zukhruf : 62)
Kita lihat, ada kabar gembira dari Allah. Dia bukakan rahasianya agar kita tenang menghadapi segala ujian. “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (al-Baqoroh : 155)
Sekali lagi, ada kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Sabar dalam menjalani masalah. Sekalipun masalah yang cetar membahana. Tak ada rasa mengeluh dalam kamus perjuangan. Lalu, siapa orang yang bisa dikatakan sabar itu?
Tenang, Allah sendiri yang menjawab, “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguh-nya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). (al-Baqoroh : 156)
Selalu mengingat dan mohon perlindungan kepada Allah adalah teman baik dalam kesabaran.
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mintalah perlindungan kepada Allah dari cobaan yang menyulitkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh."
Dan atas kesabaran, inilah rahasianya, “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (al-Baqoroh : 157)
Rahmat dan petunjuk Allah, siapakah yang ingin mendapatkannya?
Sabar adalah tiketnya.



Sumber gambar : e-net

No comments: