Thursday, October 31, 2013

Semangatnya Ibnu Taimiyah



Tentang Ibnu Taimiyah, Salim A. Fillah menuliskan*, Dalam temaram cahaya unggun yang meretih di luar jeruji jendela sempit, Ibnu Taimiyah melihat titik-titik bening di mata para muridnya. Ia tersenyum. Kejernihan di sorot matanya menebar, mendesak gemuruh api yang memakan kayu berkeretak. Keteduhan itu, tatapan penuh kasih itu, seperti sapuan salju di dada mereka yang membara. Kemudian, penjara kota Damaskus di tahun 728 H, menjadi saksi kata-katanya yang abadi menyejarah.
”Apa yang dilakukan musuh-musuhku kepadaku? Demi Allah, jika mereka memenjarakanku, inilah rehat yang nikmat. Jika mereka membuangku ke negeri antah, inilah tamasya yang indah. Jika mereka membunuhku, sebagai syahid aku disambut.” Tembok-tembok yang lumutnya mengering hitam, lantai yang mencium mesra wajah sujudnya di malam dingin, dan besi-besi jeruji berkarat diam khidmat.
”Apa yang harus kami lakukan wahai Guru?”
“Beberapa hari ini, Sultan telah melarang penjaga memberiku pena, kertas, dan tinta. Tolong lemparkan arang-arang itu ke dalam.. Sungguh, aku ingin menulis.” Ya, mulai hari itu, dari arang yang menari di atas tembok saksi, salah satu karya besarnya yang berjudul Risalatul Hamawiyah dipahatkan untuk keabadian. Keabadian nama besar seorang Syaikhul Islam. Keabadian da’wah dan jihadnya. Keabadian atas hasad orang-orang kerdil jiwa yang iri padanya.
Ketika ia wafat, buku-bukunya dibakar dan dihancurkan. Muridnya, Ibnul Qayyim Al Jauziyah diarak keliling kota, terikat di atas gerobak sampah. Anak-anak kecil berlarian seiring ejek tawa para dewasa, mengolok, meludahi, dan melemparinya dengan buah busuk. Hari ini, dalam katalog hampir semua perpustakaan orang menjumpai nama Ibnu Taimiyah. Atau di toko buku. Ada. Selalu ada.






*Salim A. Fillah, “Abadilah Cindera Jiwa” http//:www.salimafillah.com







                                                                                          

No comments: