Thursday, February 27, 2014

[Pengalaman turun ke lokasi bencana gunung kelud] SETELAH LOGISTIK, KORBAN PERLU TERAPI HEALING

Erupsi gunung kelud memang menyisakan duka yang mendalam. Tidak hanya para korban, namun kita semua sebagai bangsa Indonesia. Maka selayaknya kita saling bergandeng tangan untuk bersatu dalam membantu; baik berupa materi ataupun inmateri.
Mereka tak sedikit kehilangan harta bendanya, bahkan tempat tinggalnya. Lantas mereka harus tinggal dimana? Mereka begitu tertekan pikirannya saat teringat bahwa ia tak lagi bisa hidup di tempat tinggal yang dulu mereka tempati. rumah yang dulu tempat berkumpulnya keluarga.
Lalu, dengan  apa mereka bangkit?
Itulah sebabnya kita harus saling berkontribusi sesuai kemampuan kita. itu pula hang saya lakukan bersama mahasiswa lain dari berbagai daerah; Surabaya, bandung, Makassar, blitar, dan lain-lain yang kesemuanya adalah kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Untuk berkontribusi terhadap bencana, KAMMI membentuk tim khusus yang bernama  KAMMI REAKSI CEPAT (KRC). Tergabung bersama KRC inilah saya turun langsung ke lokasi korban gunung kelud di desa Sumber Asri, Nglegok, Blitar, Jawa Timur dan desa Pandan Asri, Ngantang, Malang, Jawa Timur selama 3 hari lebih. Tempat inilah yang tergolong paling parah di banding lainnya.
Begitu tiba di lokasi, saya terperangah melihat kenyataan bahwa rumah-rumah mereka sudah tidak bisa di tempati. Atap hancur, rumahpun tertutupi debu dan bebatuan yang sangat tebal. Para penduduk tidak dijinkan menempati lokasi, karena amat membahayakan. Akhirnya para penduduk diinapkan di pengungsian. Lalu apa yang bisa KRC perbuat?
Di samping menyumbang logistik, kami berusaha berkontribusi lebih. Akhirnya terapi healing menjadi agenda yang tidak boleh dilupakan. Kami yakin banyak saudara-saudara kita yang membantu berupa logistik, baik atas nama pribadi, kelompok, atau badan usaha. Dengan segala kelbihannya, tetap ada yang kurang bagi para korban, yaitu sentuhan mental. Bisa jadi logistik sudah banyak, namun duka mereka tak kunjung sirna. Salah satu sebabnya teringat kejadian yang mengancam kehidupannya tersebut. inilah trauma. Mereka sangat trauma dengan musibah yang menimpanya. Mereka masih teringat betul saat panik dan berlarian menyelamatkan nyawa diri & keluarganya. Mereka ingat saat seolah nyawa tak lagi bertahan lama. Mereka merasa kematian amat dekat. Sehingga tekanan ini membuka peluang stres. Sebelum itu terjadi terlalu jauh, terutama bagi anak-anak, kami mengajak mereka keluar dari tekanan pikiran yang berisi “duka” tersebut.
Dengan membuat permainan yang menyenangkan, seperti out bound sederhana, permainan lapangan yang ceria, dan lomba-lomba. dari kegiatan demikian besar harapan supaya mereka tetap tegar. Alhamdulillah Mereka sangat terhibur. Senyum mereka mulai Nampak. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Bahkan tawa mereka seolah tak bisa berhenti, selalu saja tertawa. Ini yang membuat saya bangga berada diantara mereka, terlebih bisa membangkitkan senyum indah mereka. Senyum inilah yang bisa membangkitkan kerapuhan jiwa-jiwa mereka. Sehingga mereka semakin kuat untuk bangkit, mereka tidak larut dalam kesedihan yang mendalam. Dengan sangatsederhana kami mengatakan inilah ‘terapi healing’. Senyum mereka, sangat membahagiakan kami.  Inilah kali pertama saya berbagi langsung di tempat kejadian bencana. Semoga di kemudian hari saya dan KAMMI selalu sigap dalam berkontribusi. Lebih dari itu, semoga bencana erupsi gunung kelud ini adalah kali terakhir  bencana yang menimpa negeri tercinta ini. #UntukIndonesia.

*Ahmad Zailani*

No comments: