Wednesday, October 2, 2013

Merah Jambu? Merah saga dunk!*



Merah Jambu,
Usianya muda. kesibukannya mikirin orang yang ia anggap sebagai cintanya (bahkan cinta sejatinya), padahal belum nikah. Panik jika tak ada kabarnya,  Sejam saj tak saling kirim pesan serasa begitu membosankan. Atau… Galau bila sehari tak bertemu. Harapnya begitu besar untuk mendapat cinta orang yang -ia bilang- ia cintai. Takkan sanggup ia menjalani hidup bila kelak garis hidup mengatakan bahwa cinta mereka tidak bisa saling bersapa. Pada hari itu siksaan batinlah yang ia rasakan. Dunia jadi kelam. Tak ada gairah untuk hidup, apalagi bangkit. Badan yang semakin mengurus menjadi saksi. Benarkah ini cinta? Mengapa begitu menyiksa??? Apakah ini cinta monyet? Atau... apakah ini cinta kebo? Atau jangan2... ini cinta bebek? yang Belum pernah ijab qabul tapi berani berkumpul. Hati-hati! Waspadalah dengan keadaan seperti ini. Inilah   merah jambu. Saat semua menjadi objek percobaan. Maka jaga hati dengan sangat hati-hati agar hati tak salah mencintai. Jangan mau jadi bahan uji coba. Terlalu mahal waktumu untuk disia-siakan hanya karena mengkhususkan seseorang yang belum tentu jodohmu. Gak ada jaminan setitik bulu kucingpun bahwa ia kelak jadi jodohmu. Kalaupun benar ia jodohmu, berarti kamu berjodoh orang yang kualitasnya seperti itu. Yang berani mencicipi sebelum menjadi haknya. Bagaimanakah rasanya masakan yang bumbunya telah dinikmati di awal, sebelum masakan itu masak? Hambar! Itukah menantu yang akan kau persembahkan bagi ibu bapakmu?

muslimMerah Saga,
Usianya belum begitu dewasa. Namun pola pikirnya telah mendewasa. Getaran cinta ia rasa, karena memang ia manusia, yang sama seperti manusia lainnya. Punya rasa. Rasa mencintai dan dicintai. Namun ia tau, belum ada ikatan suci yang membolehkan ia mengkhususkan untuk sekedar memikirkan, apalagi melamun dan menghayal. Ah, buang-buang waktu saja. Baginya, sebelum pernikahan berlangsung tak ada yang berhak dikhususkan. Kelak, hanya istri yang sah lah yang punya sertifikat resmi memperoleh perhatiannya. Sebelum ada ijab qobul, semua sama. Punya kesempatan yang sama, tak ada yang punya hak untuk dikhususkan. Ia begitu yakin dengan janji Allah. Jodoh terbaiknya telah tercatat di laut mahfudh. Allah maha hebat penjagaannya hingga kelak mempertemukannya. Sungguh, tidak akan tertukar. Jaminan Allah itu pasti. Tinggal kita yakin apa tidak? Tugas kita terpenting adalah ikhtiar menjemputnya. Tentu dengan aturan main yang sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. Bukan dengan cara melanggarNya. Ikhtiar terbaik di masa penantian adalah gencarnya memperbaiki kualitas diri. Semakin taat dan yakin kepada Allah adalah bukti perbaikannya. Dimasa indah penuh gejolak inilah ia mempunyai kesempatan agung untuk menempa diri semakin berkualitas. Dan ingatlah Janji Allah, laki-laki baik untuk wanita yang baik.  pun begitu, wanita baik-baik untuk laki-laki yang baik. Bagi jiwa yang bertanggung jawab dengan perasaannya juga masa depannya, tentu sedini mungkin ia persiapan untuk menyambut jodoh terbaiknya. Yakinlah, jika dia gigih memperbaiki diri, seseorang yang kelak menjadi jodohnya juga sedang melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan. Maka suatu saat nanti, tak heran jika mereka bertemu di tingginya tangga kesholihan. Sholih ketemu sholihah. Indah! Dan semua akan indah pada waktunya. Inilah generasi Merah Saga. Yang bercita-cita membina generasi penakluk Roma!

*Oleh : Ahmad Zailani
Calon Presiden RI



No comments: